Mengenal Berbagai Jenis Crypto: Coin vs Token, Stablecoin, Meme Coin, Utility Token

Dunia cryptocurrency tidak hanya terbatas pada Bitcoin atau Ethereum. Seiring berkembangnya industri ini, muncul beragam jenis aset digital yang memiliki fungsi dan tujuan berbeda. Untuk pemula, memahami perbedaan antara coin, token, stablecoin, meme coin, hingga utility token sangat penting agar bisa membuat keputusan investasi atau penggunaan yang tepat.

Artikel ini akan membahas secara mendalam klasifikasi berbagai jenis crypto, cara kerjanya, serta contoh nyatanya dalam ekosistem blockchain saat ini.


1. Coin vs Token: Apa Bedanya?

Perbedaan paling mendasar dalam dunia crypto terletak pada istilah coin dan token. Keduanya adalah aset digital, namun memiliki fungsi dan teknologi dasar yang berbeda.

Coin (Koin)

Coin adalah cryptocurrency yang berjalan di jaringan blockchain-nya sendiri.

Karakteristik:

  • Memiliki blockchain sendiri
  • Digunakan sebagai alat tukar (medium of exchange)
  • Contoh: Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Litecoin (LTC), Solana (SOL)

Contoh Penjelasan:

  • Bitcoin (BTC) adalah coin pertama yang dibuat dengan blockchain khusus untuk transfer nilai peer-to-peer.
  • Ethereum (ETH) meskipun bisa menjalankan token di atasnya, ETH sendiri adalah native coin dari blockchain Ethereum.

Token

Token adalah aset digital yang dibangun di atas blockchain yang sudah ada, terutama Ethereum (menggunakan standar ERC-20).

Karakteristik:

  • Tidak memiliki blockchain sendiri
  • Bergantung pada blockchain lain
  • Dibuat dengan smart contract
  • Contoh: USDT (Tether), UNI (Uniswap), SAND (The Sandbox), SHIBA INU

Contoh Penjelasan:

  • USDT (Tether) adalah token stablecoin yang dibangun di atas Ethereum dan Tron.
  • SAND adalah token yang digunakan dalam ekosistem metaverse The Sandbox.

2. Stablecoin

Stablecoin adalah jenis cryptocurrency yang nilainya dipatok (pegged) ke aset stabil seperti dolar AS (USD), emas, atau mata uang fiat lainnya.

Tujuan:

  • Menghindari volatilitas ekstrim
  • Menyediakan alat pembayaran stabil di dunia crypto
  • Menjadi jembatan antara fiat dan crypto

Jenis-Jenis Stablecoin:

  1. Fiat-Collateralized: Didukung oleh cadangan mata uang fiat
    • Contoh: USDT (Tether), USDC (USD Coin)
  2. Crypto-Collateralized: Didukung oleh crypto lain sebagai jaminan
    • Contoh: DAI (MakerDAO)
  3. Algorithmic Stablecoin: Dijaga kestabilannya oleh algoritma supply-demand
    • Contoh: UST (sebelum kolaps)

Risiko:

  • Ketergantungan pada pihak ketiga (khusus USDT dan USDC)
  • Risiko gagal bayar (jika cadangan tidak transparan)
  • UST menjadi contoh kegagalan stablecoin algoritmik terbesar (Mei 2022)

3. Meme Coin

Meme coin adalah cryptocurrency yang awalnya diciptakan sebagai lelucon (meme), tetapi mendapat adopsi luas karena komunitas yang kuat dan daya tarik viral.

Karakteristik:

  • Tidak memiliki utilitas teknis awal
  • Harga sangat dipengaruhi oleh hype dan media sosial
  • Biasanya memiliki suplai besar

Contoh Populer:

  • Dogecoin (DOGE): Diciptakan sebagai parodi Bitcoin, didukung oleh Elon Musk
  • Shiba Inu (SHIB): Dikenal sebagai “pembunuh Dogecoin”

Risiko:

  • Volatilitas ekstrem
  • Rentan terhadap pump & dump
  • Tidak memiliki fundamental ekonomi

Namun…

Beberapa meme coin telah berkembang menjadi proyek dengan ekosistem nyata, seperti SHIB yang kini memiliki DEX sendiri (ShibaSwap).


4. Utility Token

Utility token adalah token yang digunakan dalam ekosistem tertentu untuk mengakses produk atau layanan.

Fungsi Utama:

  • Memberikan akses ke layanan aplikasi terdesentralisasi (dApp)
  • Dapat digunakan untuk membayar biaya transaksi (gas), staking, atau voting

Contoh:

  • BNB (Binance Coin): Digunakan untuk diskon fee trading di Binance, membayar biaya di BNB Chain
  • UNI (Uniswap): Digunakan dalam voting dan tata kelola Uniswap
  • BAT (Basic Attention Token): Digunakan untuk membayar pengguna dan pengiklan di browser Brave

Kelebihan:

  • Mendorong adopsi platform
  • Sering digunakan sebagai bagian dari model ekonomi token (tokenomics)

Perbandingan Ringkas

Jenis CryptoBlockchain SendiriTujuan UtamaContoh
CoinYaAlat tukar utamaBTC, ETH, SOL
TokenTidakBergantung pada platformUSDT, UNI, SHIB
StablecoinTidakNilai stabilUSDC, DAI, BUSD
Meme CoinTidakKomunitas, hiburanDOGE, SHIB
Utility TokenTidakAkses produk/jasaBNB, BAT, AXS

Bagaimana Cara Mengetahui Jenis Crypto?

Situs seperti CoinMarketCap dan CoinGecko menyediakan informasi lengkap:

  • Apakah coin/token
  • Blockchain asal
  • Tokenomics
  • Whitepaper dan tim pengembang

Legalitas Crypto di Indonesia

Menurut BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi), lebih dari 400 jenis crypto telah resmi diizinkan untuk diperdagangkan di Indonesia.

Catatan:

  • Cryptocurrency diakui sebagai komoditas, bukan alat pembayaran
  • Exchange lokal seperti Indodax, Tokocrypto, Pintu mematuhi regulasi BAPPEBTI

Tips Aman Mengenali dan Menggunakan Crypto

  1. Pahami Fungsi Aset: Jangan beli hanya karena trending.
  2. Baca Whitepaper: Lihat tujuan, utilitas, dan roadmap proyek.
  3. Gunakan Wallet Aman: Pisahkan antara hot wallet dan cold wallet.
  4. Pantau Proyek di Media Sosial: Terutama Twitter, Discord, Reddit.
  5. Jangan Terpengaruh FOMO (Fear of Missing Out): Lakukan riset terlebih dahulu.

Referensi

  1. CoinMarketCap. (2024). Cryptocurrency Market Overview. https://coinmarketcap.com
  2. Ethereum Foundation. (2024). Token Standards. https://ethereum.org/en/developers/docs/standards/tokens/
  3. Binance Academy. (2023). What Are Coins and Tokens? https://academy.binance.com
  4. Bappebti. (2024). Daftar Aset Kripto Legal di Indonesia. https://bappebti.go.id
  5. MakerDAO. (2024). Understanding DAI. https://makerdao.com

FAQ: Tanya Jawab Seputar Jenis Crypto

1. Apa perbedaan utama antara coin dan token?

Coin memiliki blockchain sendiri, sedangkan token dibangun di atas blockchain lain menggunakan smart contract.

2. Apakah stablecoin benar-benar stabil?

Nilainya relatif stabil karena dipatok ke aset lain, tapi tetap bisa terpengaruh oleh kondisi pasar atau krisis kepercayaan.

3. Apakah meme coin layak dibeli?

Tergantung tujuan. Jika untuk spekulasi jangka pendek, bisa saja. Tapi risikonya sangat tinggi dan jarang memiliki utilitas nyata.

4. Utility token bisa digunakan untuk apa saja?

Digunakan dalam platform tertentu untuk membayar layanan, voting tata kelola, atau sebagai insentif pengguna.

5. Bagaimana cara mengetahui sebuah token itu asli dan bukan scam?

Cek whitepaper, audit kode (jika ada), tim developer, dan komunitas aktif. Hindari token dengan janji keuntungan cepat dan tanpa transparansi.


Kesimpulan

Memahami jenis-jenis crypto sangat penting sebelum Anda berinvestasi atau menggunakan aset digital. Dengan membedakan antara coin dan token, serta mengenali stablecoin, meme coin, dan utility token, Anda bisa memilih aset yang sesuai dengan kebutuhan, strategi, dan toleransi risiko Anda.

Sebagai investor cerdas, jangan hanya mengikuti tren — pahami struktur, fungsi, dan masa depan dari crypto yang Anda pilih.

Panduan Lengkap Cryptocurrency untuk Pemula

Cryptocurrency telah menjadi sorotan utama dalam dunia keuangan digital. Bukan hanya karena nilainya yang terus berfluktuasi, tetapi juga karena potensi teknologi di baliknya — blockchain.

Bagi pemula, dunia crypto bisa terlihat rumit dan membingungkan.

Artikel ini dirancang untuk membantu Anda memahami dasar-dasarnya, mulai dari cara menyimpan crypto dengan aman hingga cara membeli dan menjualnya melalui exchange.


Apa Itu Cryptocurrency?

Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan teknologi kriptografi untuk mengamankan transaksi dan mengontrol pembuatan unit baru. Tidak seperti mata uang konvensional yang dikendalikan oleh bank sentral, cryptocurrency bersifat desentralisasi dan berjalan di atas jaringan blockchain.

Contoh populer:

  • Bitcoin (BTC) – cryptocurrency pertama dan paling dikenal.
  • Ethereum (ETH) – terkenal dengan teknologi smart contract.
  • Solana, Cardano, BNB – alternatif (altcoin) dengan berbagai keunggulan teknis.

Bagaimana Cara Kerja Cryptocurrency?

  1. Transaksi dilakukan antar pengguna melalui dompet digital (wallet).
  2. Transaksi dikonfirmasi oleh jaringan node menggunakan algoritma konsensus.
  3. Transaksi dicatat dalam blockchain — buku besar digital permanen yang dapat diakses publik.
  4. Transaksi yang berhasil tidak bisa dibatalkan dan menjadi bagian dari blok yang tidak bisa diubah.

Jenis-Jenis Dompet (Wallet)

1. Hot Wallet

Terhubung ke internet, mudah digunakan tapi lebih rentan terhadap peretasan.

  • Software Wallet: MetaMask, Trust Wallet, Exodus
  • Web Wallet: Wallet bawaan dari exchange (seperti Binance, Tokocrypto)

2. Cold Wallet

Tidak terhubung ke internet, lebih aman untuk penyimpanan jangka panjang.

  • Hardware Wallet: Ledger Nano, Trezor
  • Paper Wallet: Print kunci privat/public di atas kertas

Rekomendasi: Gunakan hot wallet untuk aktivitas harian dan cold wallet untuk simpanan besar.


Cara Membeli Cryptocurrency

1. Pilih Exchange

Exchange adalah platform tempat Anda bisa membeli, menjual, dan menukar cryptocurrency. Jenisnya:

  • Centralized Exchange (CEX): Binance, Coinbase, Indodax
  • Decentralized Exchange (DEX): Uniswap, PancakeSwap, dYdX

2. Registrasi dan Verifikasi

Untuk CEX, Anda harus:

  • Mendaftar dengan email/nomor HP
  • Melakukan KYC (Know Your Customer): unggah KTP, selfie, dll.

3. Deposit Dana

  • Transfer bank
  • E-wallet (DANA, OVO)
  • Kartu kredit (beberapa exchange)

4. Beli Crypto

Setelah dana masuk, Anda bisa memilih crypto yang ingin dibeli. Pilih pasangan mata uang (misal: BTC/IDR) dan tentukan jumlah pembelian.


Memahami Trading vs Investing

1. Investing (Investasi)

  • Tujuan jangka panjang
  • Beli dan simpan (hold)
  • Menghindari fluktuasi harian
  • Cocok untuk pemula

2. Trading

  • Tujuan jangka pendek
  • Membeli dan menjual dalam waktu singkat
  • Membutuhkan analisis teknikal dan psikologi pasar
  • Cocok untuk pengguna berpengalaman

Risiko dalam Dunia Crypto

1. Volatilitas Tinggi

Nilai crypto bisa naik-turun drastis dalam waktu singkat.

2. Peretasan dan Penipuan

  • Exchange bisa diretas
  • Banyak proyek penipuan (rug pull, ponzi)
  • Kunci pribadi bisa dicuri

3. Regulasi

Beberapa negara membatasi atau melarang crypto. Pastikan Anda mengikuti peraturan di wilayah Anda.


Tips Aman untuk Pemula

  • Aktifkan 2FA (Two-Factor Authentication) pada semua akun
  • Jangan pernah bagikan kunci privat
  • Hindari menyimpan crypto dalam jumlah besar di exchange
  • Gunakan wallet terverifikasi dan resmi
  • Riset proyek sebelum membeli (DYOR: Do Your Own Research)

Cara Melacak Portofolio

Gunakan aplikasi portofolio untuk memantau aset Anda:

  • CoinStats
  • CoinMarketCap Portfolio
  • Delta
  • Blockfolio

Aplikasi ini dapat terhubung ke wallet dan exchange, menampilkan profit/loss secara real-time.


Apa Itu Stablecoin?

Stablecoin adalah jenis cryptocurrency yang nilainya stabil karena didukung oleh aset seperti USD.

Contoh:

  • USDT (Tether)
  • USDC (USD Coin)
  • BUSD (Binance USD)

Digunakan untuk menghindari volatilitas saat market sedang tidak stabil.


Staking dan Yield Farming

1. Staking

Mengunci crypto untuk membantu jaringan dan mendapatkan imbal hasil.

Contoh: Staking Ethereum di jaringan Ethereum 2.0

2. Yield Farming

Memberikan likuiditas ke platform DeFi (Decentralized Finance) untuk mendapatkan bunga atau token baru.

Risikonya lebih tinggi, tetapi potensi keuntungannya besar.


NFT dan Web3: Perlu Diketahui Juga

NFT (Non-Fungible Token)

Aset digital unik seperti karya seni, musik, atau game item. Dimiliki secara eksklusif melalui blockchain.

Web3

Generasi baru internet yang bersifat desentralisasi. Pengguna mengendalikan data mereka sendiri dan dapat berpartisipasi dalam jaringan sebagai pemilik (bukan hanya pengguna).


Legalitas Crypto di Indonesia

Menurut BAPPEBTI, cryptocurrency diakui sebagai komoditas digital, bukan alat pembayaran. Beberapa exchange lokal yang legal:

  • Indodax
  • Tokocrypto
  • Pintu
  • Rekeningku
  • Triv

Kesimpulan

Memulai perjalanan dalam dunia crypto bisa terasa membingungkan, tetapi dengan pemahaman dasar yang kuat, Anda dapat mulai berinvestasi atau menggunakan crypto secara aman. Gunakan exchange terpercaya, simpan aset secara aman, dan jangan pernah berhenti belajar karena dunia crypto terus berkembang.

Dengan pemahaman tentang wallet, exchange, trading, dan cara kerja teknologi ini, Anda sudah selangkah lebih dekat untuk menjadi investor crypto yang cerdas dan aman.


Referensi

  1. Nakamoto, S. (2008). Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System. https://bitcoin.org/bitcoin.pdf
  2. CoinMarketCap. (2024). Cryptocurrency Market Overview. https://coinmarketcap.com
  3. Binance Academy. (2024). Crypto Beginner’s Guide. https://academy.binance.com
  4. Bappebti. (2023). Daftar Exchange Crypto Legal di Indonesia. https://bappebti.go.id
  5. Ethereum Foundation. (2024). Ethereum.org Resources. https://ethereum.org

FAQ – Tanya Jawab Seputar Crypto

1. Apa cryptocurrency terbaik untuk pemula?

Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) adalah pilihan stabil dan banyak digunakan. Stablecoin seperti USDT juga cocok untuk belajar.

2. Apakah saya bisa membeli crypto tanpa KTP?

Beberapa DEX memungkinkan transaksi tanpa identitas, tapi exchange resmi di Indonesia wajibkan KYC.

3. Apakah crypto legal di Indonesia?

Legal sebagai komoditas digital (bukan alat pembayaran). Transaksi harus melalui exchange legal yang terdaftar di BAPPEBTI.

4. Apa risiko terbesar dari investasi crypto?

Volatilitas tinggi dan risiko keamanan (peretasan, kehilangan kunci privat). Hindari investasi lebih dari yang Anda siap kehilangan.

5. Apakah saya bisa hidup dari crypto?

Bisa, tetapi perlu pengalaman, manajemen risiko, dan pemahaman pasar yang dalam. Banyak orang memulai dengan investasi kecil sambil belajar.

Artikel Terkait:

Blockchain 101

Blockchain 101: Cara Kerja, Keamanan, & Mengapa Ini Revolusioner

Teknologi blockchain telah menjadi topik hangat dalam dunia teknologi dan keuangan selama lebih dari satu dekade. Namun, banyak orang masih bingung tentang apa itu blockchain, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa ia disebut-sebut sebagai teknologi revolusioner. Artikel ini akan menjelaskan konsep dasar blockchain, mekanisme keamanannya, serta potensi disruptifnya di berbagai industri.


Apa Itu Blockchain?

Blockchain adalah sebuah sistem pencatatan digital terdesentralisasi yang digunakan untuk menyimpan data secara aman, transparan, dan tahan manipulasi. Setiap data yang dimasukkan ke dalam blockchain akan dibagi ke dalam blok-blok (blocks), yang kemudian dihubungkan satu sama lain secara berurutan (chain).

Berbeda dengan basis data tradisional yang tersentralisasi, blockchain tidak memiliki satu titik pusat. Sebaliknya, data disimpan di banyak komputer (disebut node) yang tersebar di seluruh jaringan.


Cara Kerja Blockchain

1. Blok, Transaksi, dan Rantai

Setiap kali terjadi transaksi, informasi tersebut dicatat dalam sebuah blok. Blok ini berisi:

  • Timestamp (waktu transaksi)
  • Data transaksi
  • Hash dari blok sebelumnya
  • Hash dari blok itu sendiri

Setelah sebuah blok penuh, ia akan “dirantai” ke blok sebelumnya. Proses ini menghasilkan sebuah rantai dari blok-blok data yang tidak bisa diubah begitu saja.

2. Hash dan Kriptografi

Blockchain menggunakan algoritma hash kriptografis (seperti SHA-256 pada Bitcoin) untuk mengubah data transaksi menjadi serangkaian karakter unik. Jika data dalam blok diubah, maka hash juga akan berubah — membuatnya mudah dikenali dan mencegah manipulasi.

3. Konsensus

Agar transaksi bisa ditambahkan ke dalam blockchain, jaringan harus sepakat bahwa transaksi tersebut valid. Proses ini disebut mekanisme konsensus. Beberapa mekanisme konsensus yang populer:

  • Proof of Work (PoW): Digunakan oleh Bitcoin. Melibatkan pemecahan teka-teki matematika yang kompleks untuk menambahkan blok baru.
  • Proof of Stake (PoS): Digunakan oleh Ethereum 2.0. Validasi blok berdasarkan jumlah koin yang “dikunci” oleh validator.
  • Delegated Proof of Stake (DPoS): Digunakan oleh EOS. Pengguna memilih delegasi untuk memvalidasi transaksi atas nama mereka.

Mengapa Blockchain Aman?

Blockchain menawarkan beberapa lapisan keamanan yang membuatnya hampir mustahil untuk diretas atau dimanipulasi:

1. Immutability (Tidak Bisa Diubah)

Setelah data ditulis ke blockchain dan divalidasi, data tersebut tidak bisa diubah. Ini berbeda dari database biasa yang bisa diubah sewaktu-waktu oleh admin.

2. Distribusi dan Desentralisasi

Karena data disimpan di banyak node, tidak ada satu pihak pun yang menguasai jaringan. Jika satu node rusak atau dimanipulasi, salinan di node lain akan tetap utuh dan bisa memverifikasi kebenaran data.

3. Kriptografi Publik & Privat

Blockchain menggunakan sistem kriptografi asimetris untuk mengamankan transaksi. Setiap pengguna memiliki:

  • Public key untuk menerima dana.
  • Private key untuk menandatangani transaksi.

Selama private key disimpan dengan aman, transaksi Anda tetap terlindungi.

4. Transparansi

Semua transaksi di blockchain publik dapat dilihat oleh siapa pun. Hal ini mendorong akuntabilitas dan kepercayaan pengguna.


Mengapa Blockchain Revolusioner?

Blockchain tidak hanya tentang cryptocurrency seperti Bitcoin. Teknologi ini telah membuka pintu untuk perubahan besar di berbagai sektor, antara lain:

1. Keuangan

Bank dan lembaga keuangan dapat menggunakan blockchain untuk mengurangi biaya transaksi, mempercepat settlement, dan meningkatkan transparansi.

Contoh: JPMorgan dan penggunaan blockchain-nya “Onyx” untuk transfer antar bank.

2. Supply Chain

Blockchain dapat memantau perjalanan produk dari pabrik ke konsumen. Ini membantu menghindari pemalsuan dan memastikan keaslian produk.

Contoh: IBM Food Trust bersama Walmart melacak distribusi makanan secara real-time.

3. Pemerintahan

Pemerintah dapat memanfaatkan blockchain untuk:

  • Sistem identitas digital
  • Pemilu yang transparan
  • Pendaftaran tanah

Estonia adalah pelopor negara yang menerapkan blockchain dalam administrasi publik.

4. Kesehatan

Data medis pasien dapat disimpan secara aman dan dibagikan antar rumah sakit tanpa risiko pelanggaran privasi.

Contoh: MedRec – platform blockchain untuk rekam medis terdesentralisasi.

5. NFT dan Industri Kreatif

Blockchain memungkinkan seniman untuk menjual karya digital melalui token unik (NFT) yang menjamin keaslian dan kepemilikan.


Tantangan Blockchain

Meskipun memiliki banyak kelebihan, blockchain juga menghadapi tantangan serius:

1. Skalabilitas

Beberapa jaringan blockchain seperti Bitcoin hanya mampu memproses 7 transaksi per detik — jauh lebih sedikit dibandingkan Visa yang mampu memproses ribuan.

2. Energi dan Lingkungan

Proof of Work mengonsumsi energi sangat besar. Ethereum pindah ke Proof of Stake untuk mengurangi emisi karbon.

3. Regulasi

Banyak negara masih belum memiliki regulasi yang jelas terhadap teknologi ini, terutama dalam aspek perpajakan dan legalitas aset digital.


Kesimpulan

Blockchain bukan sekadar teknologi untuk cryptocurrency. Ia adalah fondasi baru untuk internet generasi berikutnya — internet yang tidak hanya bisa membaca dan menulis, tapi juga “milik bersama” oleh pengguna. Dengan keamanan tinggi, desentralisasi, dan transparansi, blockchain memiliki potensi besar untuk merevolusi industri tradisional, memperbaiki sistem lama, dan menciptakan model bisnis baru yang lebih adil.


Referensi

  1. Nakamoto, S. (2008). Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System. https://bitcoin.org/bitcoin.pdf
  2. Tapscott, D. & Tapscott, A. (2016). Blockchain Revolution. Penguin Random House.
  3. Buterin, V. (2013). Ethereum White Paper. https://ethereum.org/en/whitepaper
  4. IBM Blockchain Use Cases. https://www.ibm.com/blockchain
  5. Zyskind, G. et al. (2015). Decentralizing Privacy: Using Blockchain to Protect Personal Data – IEEE Symposium on Security and Privacy.

FAQ tentang Blockchain

1. Apakah blockchain hanya digunakan untuk Bitcoin?

Tidak. Blockchain digunakan dalam berbagai bidang seperti logistik, kesehatan, sistem voting, supply chain, hingga sektor seni digital (NFT).

2. Apa bedanya blockchain publik dan privat?

  • Publik: Terbuka untuk siapa saja (contoh: Bitcoin, Ethereum).
  • Privat: Hanya entitas tertentu yang dapat mengakses (contoh: Hyperledger Fabric).

3. Apakah blockchain bisa diretas?

Secara teori sangat sulit karena jaringan blockchain tersebar dan dilindungi oleh kriptografi. Namun, platform yang dibangun di atas blockchain bisa tetap memiliki celah keamanan jika tidak dikembangkan dengan benar.

4. Bagaimana cara saya mulai belajar tentang blockchain?

Anda bisa mulai dari whitepaper Bitcoin, buku “Blockchain Revolution”, atau kursus online seperti:

  • Blockchain Basics (Coursera)
  • Certified Blockchain Developer (Blockchain Council)

5. Apakah blockchain ramah lingkungan?

Blockchain berbasis Proof of Work memiliki dampak lingkungan yang besar karena konsumsi energi tinggi. Namun, algoritma alternatif seperti Proof of Stake jauh lebih efisien dan ramah lingkungan.